Statistika deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan
dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan
informasi yang berguna.[1] Pengklasifikasian menjadi statistika deskriptif dan statistika inferensia dilakukan berdasarkan aktivitas yang dilakukan.[2]
Statistika deskriptif hanya memberikan informasi mengenai data yang
dipunyai dan sama sekali tidak menarik inferensia atau kesimpulan apapun
tentang gugus induknya yang lebih besar.[1]
Contoh statistika deskriptif yang sering muncul adalah, tabel, diagram,
grafik, dan besaran-besaran lain di majalah dan koran-koran.[1]
Dengan Statistika deskriptif, kumpulan data yang diperoleh akan tersaji
dengan ringkas dan rapi serta dapat memberikan informasi inti dari
kumpulan data yang ada. Informasi yang dapat diperoleh dari statistika
deskriptif ini antara lain ukuran pemusatan data, ukuran penyebaran data, serta kecenderungan suatu gugus data.[2]
Statistik adalah sekumpulan prosedur untuk
mengumpulkan, mengukur, mengklasifikasi, menghitung, menjelaskan,
mensintesis, menganalisis, dan menafsirkan data kuantitatif yang
diperoleh secara sistematis. Secara garis besar, statistik dibagi
menjadi dua komponen utama, yaitu Statistik Deskriptif dan Statistik inferensial. Statistik deskriptif menggunakan prosedur numerik dan grafis dalam meringkas gugus data dengan cara yang jelas dan dapat dimengerti, sementara Statistik inferensial
menyediakan prosedur untuk menarik kesimpulan tentang populasi
berdasarkan sampel yang kita amati. Statistik Deskriptif membantu kita
untuk menyederhanakan data dalam jumlah besar dengan cara yang logis.
Data yang banyak direduksi dan diringkas sehingga lebih sederhana dan
lebih mudah diinterpretasi.
Terdapat dua metode dasar dalam statistik deskriptif, yaitu numerik dan grafis.
- Pendekatan numerik dapat digunakan untuk menghitung nilai statistik dari sekumpulan data, seperti mean dan standar deviasi. Statistik ini memberikan informasi tentang rata-rata dan informasi rinci tentang distribusi data.
- Metode grafis lebih sesuai daripada metode numerik untuk mengidentifikasi pola-pola tertentu dalam data, dilain pihak, pendekatan numerik lebih tepat dan objektif. Dengan demikian, pendekatan numerik dan grafis satu sama lain saling melengkapi, sehingga sangatlah bijaksana apabila kita menggunakan kedua metode tersebut secara bersamaan.
Terdapat tiga karakteristik utama dari variabel tunggal:
- Distribusi data (distribusi frekuensi)
- Ukuran pemusatan/tendensi sentral (Central Tendency)
- Ukuran penyebaran (Dispersion)
Info: Bahasan selengkapnya akan diuraikan pada topik tersendiri…
Distribusi Data
Pengaturan, penyusunan, dan peringkasan data dengan membuat tabel
seringkali membantu, terutama pada saat kita bekerja dengan sejumlah
data yang besar. Tabel tersebut berisi daftar nilai data yang mungkin
berbeda (baik data tunggal ataupun data yang sudah
dikelompok-kelompokan) beserta nilai frekuensinya. Frekuensi
menunjukkan banyaknya kejadian/kemunculan nilai data dengan kategori
tertentu. Distribusi data yang sudah diatur tersebut sering disebut
dengan distribusi frekuensi. Dengan demikian,
Distribusi frekuensi didefinisikan sebagai daftar sebaran data (baik
data tunggal maupun data kelompok), yang disertai dengan nilai
frekuensinya. Data dikelompokkan ke dalam beberapa kelas sehingga
ciri-ciri penting data tersebut dapat segera terlihat.
Distribusi frekuensi yang paling sederhana adalah distribusi yang
menampilkan daftar setiap nilai dari variabel yang disertai dengan nilai
frekuensinya. Distribusi frekuensi dapat digambarkan dalam dua cara, yaitu sebagai tabel atau sebagai grafik.
Distribusi juga dapat ditampilkan dengan menggunakan nilai persentase.
Penyajian distribusi dalam bentuk grafik lebih mempermudah dalam
melihat karakteristik dan kecenderungan tertentu dari sekumpulan data.
Grafik data kuantitatif meliputi Histogram, Poligon Frekuensi dll,
sedangkan grafik untuk data kualitatif meliputi Bar Chart, Pie Chart
dll.
Distribusi frekuensi akan memudahkan kita dalam melihat pola dalam
data, namun demikian, kita akan kehilangan informasi dari nilai
individunya.
Bentuk Distribusi
Aspek penting dari “deskripsi” suatu variabel adalah bentuk
distribusinya, yang menunjukkan frekuensi dari berbagai selang nilai
variabel. Biasanya, seorang peneliti yang tertarik pada seberapa baik
distribusi dapat diperkirakan oleh distribusi normal. Statistik
deskriptif sederhana dapat memberikan beberapa informasi yang relevan
dengan masalah ini. Sebagai contoh, jika skewness (kemiringan), yang
mengukur kesimetrisan distribusi data, tidak sama dengan 0, maka
distribusi dikatakan tidak simetris (a simetris), dan apabila
skewness bernilai 0 berarti data tersebut berdistribusi normal
(simetris). Jika kurtosis (keruncingan), yang mengukur keruncingan
distribusi data, tidak sama dengan 0, maka distribusi data mungkin lebih
datar atau lebih runcing dibandingkan dengan distribusi normal. Nilai
kurtosis dari distribusi normal adalah 0.
Informasi yang lebih akurat dapat diperoleh dengan menggunakan salah
satu uji normalitas yaitu untuk menentukan peluang apakah sampel berasal
dari pengamatan populasi yang berdistribusi normal ataukah tidak
(misalnya, uji Kolmogorov-Smirnov, atau uji Shapiro-Wilks’W) . Namun, di
antara uji formal tersebut tidak ada satu pun yang dapat sepenuhnya
menggantikan pemeriksaan data secara visual dengan menggunakan cara
grafis, seperti histogram (grafik yang menunjukkan distribusi frekuensi
dari variabel).
Grafik (Histogram, misalnya) memungkinkan kita untuk mengevaluasi
normalitas dari distribusi empiris karena pada histogram tersebut
disertakan juga overlay kurva normalnya. Hal ini juga memungkinkan kita
untuk memeriksa berbagai aspek dari bentuk distribusi data secara
kualitatif. Sebagai contoh, distribusi dapat bimodal (memiliki 2
puncak) ataupun multimodal (lebih dari 2 puncak). Hal ini menunjukkan
bahwa sampel tidak homogen dan unsur-unsurnya berasal dari dua populasi
yang berbeda.
Ukuran Pemusatan (Central Tendency)
Salah satu aspek yang paling penting untuk menggambarkan distribusi
data adalah nilai pusat pengamatan. Setiap pengukuran aritmatika yang
ditujukan untuk menggambarkan suatu nilai yang mewakili nilai pusat atau
nilai sentral dari suatu gugus data (himpunan pengamatan) dikenal
sebagai ukuran tendensi sentral.
Terdapat tiga jenis ukuran tendensi sentral yang sering digunakan, yaitu:
- Mean
- Median
- Mode
Rata-rata hitung atau arithmetic mean atau sering disebut dengan istilah mean
saja merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk menggambarkan
ukuran tendensi sentral. Mean dihitung dengan menjumlahkan semua nilai
data pengamatan kemudian dibagi dengan banyaknya data. Mean dipengaruhi oleh nilai ekstrem.
Median adalah nilai yang membagi himpunan pengamatan
menjadi dua bagian yang sama besar, 50% dari pengamatan terletak di
bawah median dan 50% lagi terletak di atas median. Median dari n pengukuran atau pengamatan x1, x2 ,…, xn adalah nilai pengamatan yang terletak di tengah gugus data setelah data tersebut diurutkan. Apabila banyaknya pengamatan (n) ganjil, median terletak tepat ditengah gugus data, sedangkan bila n genap, median diperoleh dengan cara interpolasi yaitu rata-rata dari dua data yang berada di tengah gugus data. Median tidak dipengaruhi oleh nilai ekstrem.
Mode adalah data yang paling sering muncul/terjadi.
Untuk menentukan modus, pertama susun data dalam urutan meningkat atau
sebaliknya, kemudian hitung frekuensinya. Nilai yang frekuensinya
paling besar (sering muncul) adalah modus. Modus digunakan baik untuk
tipe data numerik atau pun data kategoris. Modus tidak dipengaruhi oleh nilai ekstrem.
Karakteristik penting untuk ukuran pusat yang baik
Ukuran nilai pusat (average) merupakan nilai pewakil dari suatu distribusi data, sehingga harus memiliki sifat-sifat berikut:
- Harus mempertimbangkan semua gugus data
- Tidak boleh terpengaruh oleh nilai-nilai ekstrim.
- Harus stabil dari sampel ke sampel.
- Harus mampu digunakan untuk analisis statistik lebih lanjut.
Dari beberapa ukuran nilai pusat, Mean hampir memenuhi semua
persyaratan tersebut, kecuali syarat pada point kedua, rata-rata
dipengaruhi oleh nilai ekstrem. Sebagai contoh, jika item adalah 2; 4;
5; 6; 6; 6; 7; 7; 8; 9 maka mean, median dan modus yang semua sama
dengan 6. Jika nilai terakhir adalah 90 bukan 9, rata-rata akan menjadi
14.10, sedangkan median dan modus yang tidak berubah. Meskipun median
dan modus lebih baik dalam hal ini, namun mereka tidak memenuhi
persyaratan lainnya. Oleh karena itu Mean merupakan ukuran nilai pusat
yang terbaik dan sering digunakan dalam analisis statistik.
Kapan kita menggunakan nilai pusat yang berbeda?
Nilai ukuran pusat yang tepat untuk digunakan tergantung pada sifat
data, sifat distribusi frekuensi dan tujuan. Jika data kualitatif,
hanya modus yang dapat digunakan. Sebagai contoh, apabila kita tertarik
untuk mengetahui jenis tanah yang khas di suatu lokasi, atau pola tanam
di suatu daerah, kita dapat menggunakan modus. Di sisi lain, jika data
bersifat kuantitatif, kita dapat menggunakan salah satu dari ukuran
nilai pusat tersebut.
Jika data bersifat kuantitatif, kita harus mempertimbangkan sifat distribusi frekuensi gugus data tersebut.
- Bila distribusi frekuensi data tidak normal (tidak simetris), median atau modus merupakan ukuran pusat yang tepat.
- Apabila terdapat nilai-nilai ekstrim, baik kecil atau besar, lebih tepat menggunakan median atau modus.
- Apabila distribusi data normal (simetris), semua ukuran nilai pusat, baik mean, median, atau modus dapat digunakan. Namun, mean lebih sering digunakan dibanding yang lainnya karena lebih memenuhi persyaratan untuk ukuran pusat yang baik.
- Ketika kita berhadapan dengan laju, kecepatan dan harga lebih tepat menggunakan rata-rata harmonik.
Jika kita tertarik pada perubahan relatif, seperti dalam kasus
pertumbuhan bakteri, pembelahan sel dan sebagainya, rata-rata geometrik
adalah rata-rata yang paling tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar